People Pleaser: Arti dan Dampaknya di Dunia Kerja

People Pleaser: Arti dan Dampaknya di Dunia Kerja
Jobstreet tim kontendiperbarui pada 19 April, 2024
Share

Sebagai makhluk sosial, kita memang harus berbuat baik kepada semua orang. Namun, berbuat baik secara berlebihan juga tidak baik karena ada risiko kita menjadi people pleaser.

Apa itu people pleaser? Karakteristik tersebut ternyata cukup sering muncul di dunia kerja, lho. Seorang people pleaser mungkin terlihat baik di lingkungannya karena terus berusaha membantu banyak orang. Tapi, dampaknya terhadap diri sendiri tidak selalu baik.

Memangnya, apa arti people pleaser dan seperti apa ciri-cirinya di dunia kerja? Apakah kamu bisa mengatasi kondisi tersebut? 

Untuk menjawab seluruh pertanyaan itu, mari kita kenalan dengan people pleaser, mulai dari arti, ciri-ciri, penyebab, dampak, hingga cara mengatasinya dalam artikel ini.


⁠Apa Itu People Pleaser? 

People pleaser artinya seseorang yang selalu berusaha menyenangkan orang lain dan memenuhi ekspektasi mereka. 

Demi menyanangkan orang lain, people pleaser cenderung mengorbankan kepentingan atau kebutuhan diri sendiri.

Para people pleaser adalah orang yang juga sering merasa akan diabaikan atau bahkan ditinggalkan jika mereka menolak memenuhi permintaan orang lain.

Itulah kenapa mereka akan selalu berusaha memenuhi permintaan orang lain meskipun mungkin harus menyulitkan diri sendiri. 

Sebetulnya, karakteristik people pleaser adalah keinginan untuk menghargai orang lain, tapi pada saat yang bersamaan justru tidak menghargai diri sendiri. 

People pleaser syndrome ternyata juga sering muncul di dunia kerja, tidak hanya di kehidupan sosial biasa. Kamu bisa mengenali ciri-ciri people pleaser di bawah ini! 


⁠Ciri-ciri People Pleaser di Dunia Kerja 

Seorang karyawan wanita dengan karakter people pleaser tampak tertekan di tempat kerja. (Image by Freepik)

Penting untuk diketahui bahwa sindrom people pleaser bukan merupakan hasil diagnosis medis maupun ciri kepribadian yang dinilai oleh psikolog. 

Sindrom people pleaser adalah sebutan informal yang dipakai untuk menggambarkan berbagai perilaku. 

Itulah kenapa sindrom people pleaser di dunia kerja bisa diketahui melalui berbagai ciri-ciri perilaku. Berikut adalah ciri-ciri people pleaser yang sering muncul di dunia kerja:

1. Mengambil tugas tambahan untuk menyenangkan orang lain 

Tidak ada yang salah dengan membantu orang lain, apalagi di dunia kerja yang membutuhkan kolaborasi aktif dengan para anggota tim.  

Meski begitu, pastikan dulu bahwa kamu sudah menyelesaikan tugas yang menjadi kewajibanmu. Jika memang ada anggota tim yang butuh bantuan, kamu bisa membantunya setelah menyeleasikan kewajibanmu.  

Namun, para people pleaser adalah individu yang tidak seperti itu. Mereka justru sengaja mengambil tugas tambahan hanya demi menyenangkan orang lain tanpa mempertimbangkan kemampuan diri sendiri. 

Alhasil, mereka rentan stres hingga berujung burnout

2. Mengambil proyek yang kurang populer agar tidak ada konflik 

Suatu perusahaan biasanya mampu menangani banyak proyek dalam satu waktu sekaligus. Perusahaan biasanya akan menugaskan proyek-proyek itu ke para karyawan.

Namun, ada kalanya karyawan mendapat kesempatan dari perusahaan untuk memilih sendiri proyek yang mereka ingin kerjakan.

Pada situasi seperti itu, seorang people pleaser akan mengambil proyek yang kurang populer untuk menghindari masalah dengan rekan kerja lainnya. 

Padahal, bisa jadi ia sebetulnya ingin mengerjakan proyek lain yang lebih populer dan punya kemampuan untuk itu. 

Namun, ia memilih untuk “mengalah” karena tidak ingin menimbulkan masalah. 

3. Memastikan semua orang setuju akan keputusan yang diambil 

Ketika diskusi atau meeting di kantor, perbedaan pendapat orang merupakan hal yang wajar terjadi. Artinya, pasti akan ada 1-2 orang yang tidak setuju dengan hasil keputusan meeting.  

Hal tersebut bukanlah masalah besar selama setiap orang menghargai keputusan yang diambil, terlepas dari apakah mereka setuju dengan keputusan tersebut atau tidak. 

Namun, tidak begitu halnya dengan people pleaser. Ia memastikan bahwa semua orang setuju akan keputusan yang diambil. 

Jika ada yang tidak setuju, people pleaser akan merasa bahwa ia gagal menyenangkan hati orang lain dan orang tersebut akan menjauhinya. 

Padahal, kita tidak bisa menyenangkan semua orang, termasuk membuat mereka selalu setuju dengan suatu keputusan. 

4. Diam dalam rapat agar tidak timbul konflik 

Dalam dunia kerja, rapat dilakukan untuk membahas suatu topik, masalah, dan saling bertukar ide untuk menemukan solusi. 

Jadi, sudah sewajarnya setiap peserta rapat menyampaikan ide atau menyanggah pendapat dari peserta lain. 

Sementara itu, people pleaser justru cenderung diam saat rapat. Ia khawatir pendapatnya akan disanggah atau dianggap kurang bagus. Alhasil, mereka pun lebih memilih diam untuk menghindari konflik. 

5. Setuju akan opini orang lain meski merasa tidak setuju 

Pernahkah kamu bertemu orang lain yang terlihat selalu setuju dengan opini orang lain? 

Atau mungkin kamu termasuk orang yang sering menghadapi situasi itu? Padahal, kamu sebetulnya tidak setuju dengan pendapat mereka?

Situasi tersebut termasuk salah satu ciri-ciri people pleaser, lho. Di satu sisi, hal tersebut sebetulnya menunjukkan bahwa kamu mampu menghormati opini orang lain.  

Namun, masalah justru akan muncul jika kamu terus-terusan bilang setuju hanya karena ingin disukai atau untuk menghindari konflik, bukan karena mau menghormati orang tersebut. 

Padahal, bukan tidak mungkin opini kamu justru lebih bagus atau masuk akal untuk diterapkan.

6. Mengerjakan terlalu banyak tugas tanpa dibayar 

Dunia kerja memang bersifat dinamis. Ada kalanya kamu harus mengerjakan tugas lebih banyak daripada hari-hari biasa, misalnya saat proyek sudah mendekati deadline atau ketika ada permintaan revisi dadakan dari klien. 

Sebagai karyawan, tentu kamu akan berusaha menyelesaikan tugas-tugas tersebut seefisien mungkin. 

Namun, terkadang lembur pun tak dapat dihindari. Kalau sudah begini, kamu berhak mendapatkan uang lembur yang memang merupakan hak kamu. 

Namun, people pleaser biasanya akan rela mengerjakan banyak tugas tanpa dibayar. Padahal, ia tahu bahwa dirinya berhak mendapatkan fee tambahan. 

Lagi-lagi, ia melakukan hal tersebut untuk menyenangkan orang lain sekaligus menghindari konflik. 

7. Jika freelance, menawarkan diskon tanpa diminta 

People pleaser adalah karakteristik yang bisa ditemukan di mana saja; tidak hanya di kantor, tapi juga pada industri freelance.  

Pada umumnya, para freelancer menetapkan rate sendiri sesuai keahlian yang mereka tawarkan. 

Dalam dunia kerja freelance, situasi klien meminta diskon atau potongan harga sering kali terjadi. Namun, freelancer sebenarnya berhak untuk menolak, apalagi jika nilai diskon dirasa tidak masuk akal.

Sebaliknya, freelancer dengan sindrom people pleaser justru akan menawarkan diskon tanpa diminta. 

Mereka ingin menyenangkan hati klien agar nanti bersedia menggunakan jasa mereka kembali. Hal itu bisa jadi bumerang yang merugikan karena ada kemungkinan klien justru akan terus-terusan meminta harga murah. 

8. Mengambil tugas di luar kapasitas agar orang lain tidak kecewa 

Menjadi people pleaser artinya seseorang rela mengorbankan diri sendiri demi menyenangkan hati orang lain. 

Dalam dunia kerja, salah satu contohnya adalah ketika people pleaser mengambil tugas di luar kapasitasnya.

Orang itu sebenarnya tahu bahwa ia masih punya tugas lain yang harus diselesaikan. Namun, ia tidak bisa menolak saat ada rekan kerja yang memberikan tugas tambahan.

People pleaser melakukan hal tersebut karena tidak ingin membuat orang lain kecewa. Ia khawatir orang tersebut akan membencinya jika ia menolak untuk mengerjakan tugas yang diberikan. 

9. Menyimpan opini karena takut dikritisi 

Pada umumnya, kebanyakan people pleaser merupakan orang yang terlihat diam di tempat kerja. 

Mereka jarang—atau bahkan tidak pernah—menyampaikan opini saat rapat, diskusi, atau koordinasi. 

Bukan tanpa alasan, para people pleaser cenderung menyimpan opini karena takut akan dikritisi. 

Banyak dari mereka menganggap bawah kritik merupakan “serangan” personal yang menandakan bahwa orang lain tidak menyukai mereka. 

Padahal, kritik dari orang lain justru dapat membantu kita untuk terus berkembang. 

Apalagi, tidak semua orang harus menyukai kita, sehingga wajar-wajar saja jika ada orang lain yang mengkritik diri atau opini kita. 

10. Setuju akan deadline yang tidak realistis meski mengorbankan waktu 

Dunia kerja memang tidak bisa lepas dari deadline. Meski begitu, penetapan deadline seharusnya realistis agar karyawan punya cukup waktu untuk menyelesaikan tugas dengan kualitas baik. 

Jadi, jika ada tugas dengan deadline yang tidak masuk akal, kamu berhak untuk negosiasi.

Namun, para people pleaser justru akan menyetujui deadline yang tidak realistis tersebut. Mereka rela mengorbankan waktu untuk menyelesaikan tugas tersebut, bahkan di luar jam kerja sekalipun.

Tentu ada alasan tersendiri kenapa seseorang bisa menjadi people pleaser dan melakukan berbagai perilaku di atas. Memangnya, apa saja penyebab people pleaser?


⁠⁠Penyebab People Pleaser Adalah 

Seorang karyawan wanita dengan karakter people pleaser tampak kewalahan dengan pekerjaan. (Image by Freepik) 

Setelah mengetahui arti people pleaser, beberapa dari kamu mungkin bertanya-tanya kenapa  seseorang melakukan berbagai perilaku di atas. 

Pada umumnya, sindrom people pleaser di dunia kerja disebabkan oleh hal-hal berikut ini: 

1. Kelelahan dan terlalu terbebani 

Tidak bisa dimungkiri bahwa dunia kerja penuh dengan pressure terhadap kesehatan mental, baik dari sesama rekan kerja, atasan, klien, hingga diri sendiri. 

Berbagai tekanan tersebut dapat membuat seseorang merasa terbebani. Beban tersebut menjadi bukti bahwa banyak orang percaya kepada mereka. 

Mereka tidak ingin mengecewakan orang-orang tersebut, bahkan meskipun mereka sudah merasa lelah dan justru harus mengorbankan diri sendiri.  

Akibatnya, pemilik kepribadian people pleaser jadi sulit menolak saat diminta untuk mengerjakan tugas tambahan di luar kapasitas mereka. 

Hal ini pun semakin menambah beban mereka dan rawan mengganggu kesehatan mental. 

2. Kecemasan 

Selain rasa lelah dan beban tinggi, penyebab people pleaser juga bisa berasal dari anxiety atau kecemasan dan kesehatan mental. 

Mereka khawatir akan ditolak oleh orang-orang di sekitarnya. Alhasil, mereka pun akan selalu berusaha menyenangkan orang lain.

Perasaan cemas tersebut juga bisa berasal dari rendahnya self-esteem atau kepercayaan diri. Saat seseorang memiliki self-esteem rendah, ia sering kali merasa bahwa kebutuhan dia tidak penting.  

Hal itu membuat mereka jadi kurang memperhatikan dan mementingkan diri sendiri. Mereka lebih memilih untuk membantu orang lain agar tidak kehilangan tujuan hidup. 

3. Merasa terjebak dan tidak mampu bergerak maju 

Seseorang juga bisa memiliki kepribadian people pleaser ketika ia merasa stuck sehingga kesulitan untuk bergerak maju. 

Biasanya, kondisi ini terjadi jika seseorang merasa kariernya tidak kunjung berkembang.  

Situasi stuck atau terjebak inilah yang dapat menimbulkan perasaan worthless dan tidak berdaya. 

Seseorang yang stuck dengan keadaan jadi merasa bahwa ia tidak mampu membawa diri sendiri ke titik tujuan yang diinginkan.  

Pada akhirnya, ia jadi memiliki kebutuhan dan mengalihkan energinya untuk menyenangkan orang lain tanpa memikirkan kebutuhan diri sendiri.  

Jika dilakukan terus menerus, people pleaser syndrome dapat berdampak buruk bagi kehidupan profesional seseorang dan bahkan bisa terkena masalah kesehatan mental. Seperti apa contohnya? 


⁠Contoh Dampak Menjadi People Pleaser di Dunia Kerja 

Seorang karyawan wanita dengan karakter people pleaser menutup mata dengan mengatupkan kedua tangannya dikelilingi rekan kerjanya. (Image by Freepik) 

Sekilas, people pleaser terlihat seperti karakteristik yang positif. Bukannya menyenangkan orang lain merupakan hal baik? 

Namun, perlu diingat bahwa segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, termasuk dalam hal menyenangkan orang lain. 

Jika terus dilakukan, apalagi di dunia kerja, bisa-bisa kamu akan menerima dampak buruk berikut ini: 

1. Menyetujui proyek yang sebenarnya tidak ingin diselesaikan 

Seorang people pleaser cenderung mengiyakan proyek yang diberikan kepadanya, bahkan jika proyek tersebut di luar kapasitas dan keahlian mereka.  

Kebiasaan ini membuat people pleaser jadi selalu menyetujui proyek yang sebenarnya tidak ingin ia diselesaikan. 

Padahal, bukan tidak mungkin ia masih memiliki tugas dan proyek lain yang harus lebih dulu dikerjakan. 

2. Tidak dapat berhenti memikirkan tentang pekerjaan 

Mengingat ada banyak tugas dan proyek yang harus dikerjakan, seorang people pleaser pun jadi tidak dapat berhenti memikirkan pekerjaan. 

Mereka seolah terus dibayangi oleh pekerjaan, bahkan saat hari libur sekalipun. Para people pleaser adalah orang yang biasanya jadi cenderung overthinking hingga berisiko mengalami stres

Selain itu, batasan antara kehidupan kerja dan personal pun ikut mengabur karena mereka menggunakan waktu istirahat untuk memikirkan pekerjaan. 

3. Bekerja terus menerus saat istirahat makan siang 

Karena banyaknya tugas dan proyek yang diberikan, seorang people pleaser biasanya akan bekerja terus-menerus demi bisa selesai tepat waktu. 

Mereka bahkan rela menggunakan waktu istirahat makan siang untuk lanjut bekerja. 

Terkadang, mereka akan makan siang di meja komputer sambil tetap bekerja atau malah tidak makan siang sama sekali. 

Para people pleaser adalah orang yang khawatir akan mengecewakan orang lain jika tidak mampu menyelesaikan tugas tepat waktu, sebanyak apa pun tugas tersebut. 

4. Menghabiskan waktu untuk bekerja dengan orang lain ketika focus time 

Dalam dunia kerja, ada kalanya kamu perlu melakukan waktu sendiri atau focus time untuk fokus mengerjakan tugas individu.

Namun, bukannya memanfaatkan waktu tersebut sebaik mungkin, people pleaser justru akan menggunakan focus time untuk bekerja dengan orang lain. 

Mereka membantu pekerjaan orang lain karena tidak ingin mengecewakan. Padahal, tidak semua orang menyukai kita dan hal tersebut sangatlah wajar.  

Jadi, jika orang lain kecewa karena kamu tidak mau mengerjakan tugas di luar job desc utama, kamu hanya perlu memberi mereka waktu untuk memproses perasaan tersebut. 

Lagi pula, kamu berhak untuk memanfaatkan focus time sebaik mungkin. 

5. Takut untuk meminta kesempatan naik gaji dan promosi

Setelah mengerjakan banyak tugas dan proyek, apalagi jika berhasil mencapai target perusahaan, seorang karyawan berhak meminta kesempatan naik gaji dan promosi.  

Namun, people pleaser adalah orang yang cenderung takut melakukannya. Mereka takut mendengar respons atas permintaan mereka, apalagi jika ternyata mendapat penolakan. 

Alhasil, mereka lebih memilih untuk diam meskipun mereka pantas mendapatkan kesempatan tersebut.

Sebaiknya, sindrom people pleaser tidak boleh dibiarkan begitu saja karena akan berdampak buruk terhadap kehidupan kerja.

Jadi, jika kamu merasa relate dengan ciri-ciri people pleaser yang telah disebutkan, segera ambil langkah untuk mengatasinya. Bagaimana caranya?


⁠⁠Cara Mengatasi Sifat People Pleaser di Dunia Kerja 

Seorang karyawan wanita dengan karakter people pleaser sedang memimpin rapat dengan serius. (Image by Freepik) 

Meskipun sindrom people pleaser adalah hal yang umum ditemukan di dunia kerja, bukan berarti kamu bisa membiarkannya. 

Kalau terus didiamkan, dampaknya terhadap diri sendiri akan semakin parah. Untuk itu, kamu bisa mencoba cara-cara mengatasi people pleaser berikut ini: 

Tingkatkan kesadaran akan sifat people pleaser 

Kenali sifat-sifat people pleaser agar kamu bisa lebih aware terhadap keberadaan mereka.

Contoh sifat pople pleaser yang sering muncul adalah kesulitan mengatakan tidak, cenderung diam, tidak mau menyampaikan pendapat, dan hal-hal lain yang telah disebutkan di atas. 

Dengan mengenali berbagai sifat tersebut, kamu bisa menyadari lebih cepat dan segera mengambil tindakan untuk mengatasinya.

Pahami batas dan keterbatasanmu 

Membantu rekan kerja sama sekali tidak dilarang, kok! Namun, pastikan bantuan yang kamu berikan tidak melampaui batas. Memangnya, batas seperti apa yang dimaksud? 

Hanya kamu yang bisa menjawab pertanyaan itu. Pasalnya, kamulah yang mampu mengukur batasan kemampuan diri. 

Jika permintaan orang lain ternyata di luar batas kemampuanmu, kamu berhak untuk menolaknya, apalagi kalau permintaan tersebut tidak termasuk dalam job desc utama kamu. 

Ingatlah bahwa kita tidak bisa membuat semua orang menyukai kita. Apabila mereka kecewa atas penolakanmu, itu bukanlah salahmu. Maka dari itu, jangan sampai menyalahkan diri sendiri, ya!

Cari mentor yang bisa mendukung 

Dunia kerja akan lebih mudah dijalani jika kamu memiliki hubungan dengan mentor yang supportive dan dapat dipercaya. 

Biasanya, mentor tidak hanya memberikan ilmu tentang teknis pekerjaan, tapi juga tips untuk bertahan di dunia kerja tanpa harus menjadi people pleaser. 

Selain itu, kamu juga bisa berkonsultasi dan menyampaikan keresahanmu kepada mentor.

Jadi, jika bingung harus merespons apa saat menerima tugas tambahan di luar job desc, kamu bisa menghubungi mentor terlebih dahulu untuk berkonsultasi.

Mulai mengatakan tidak dalam hal-hal kecil 

Para people pleaser adalah orang yang sulit menolak permintaan dari orang lain. Namun, jika terus dilakukan, hal tersebut dapat membuat orang lain memanfaatkan kebaikanmu. 

Oleh sebab itu, kamu sebaiknya mulai belajar pelan-pelan untuk mengatakan “tidak” dalam hal-hal kecil. 

Misalnya, kamu bisa menolak ajakan nongkrong sepulang kerja agar bisa berhemat atau saat sudah punya janji dengan orang lain.

Pastikan kamu menyampaikan penolakan itu dengan sopan, ya! Bagaimanapun juga, hubungan yang baik tetap dibutuhkan untuk mendukung kerja sama profesional di kantor. 

Tetapkan tujuan yang bisa diukur 

Mengatasi sindrom people pleaser akan lebih mudah jika kamu memiliki tujuan yang bisa diukur

Sebagai contoh, beberapa minggu ke depan kamu akan sering lembur karena deadline proyek yang semakin dekat. Kamu pun berencana cuti dua bulan lagi agar bisa istirahat. 

Jadikan cuti tersebut sebagai tujuanmu. Tetapkan tanggal dan durasi cuti agar kamu semakin termotivasi. 

Jika ada rekan kerja yang mendadak minta bantuan dan berisiko membuat cuti batal, kamu berhak untuk mengatakan tidak. 

Minta bantuan 

Bukan cuma orang lain yang berhak meminta bantuanmu di dunia kerja. Namun, kamu pun juga bisa melakukan hal yang sama kepada orang lain. 

Jadi, kalau kamu kewalahan dengan tugas yang dikerjakan, cobalah untuk meminta bantuan. Sampaikan dengan cara yang sopan, ya. 

Seandainya permintaan ditolak, bukan berarti mereka tidak menyukaimu, dan belum tentu ke depannya mereka juga akan selalu tidak membantu. 

Biasanya, mereka tidak mau membantu karena workload individu sudah terlalu banyak.  

Sebagai alternatif, kamu mungkin bisa mencoba negosiasi deadline dengan atasan.

Kurangi bicara negatif tentang diri sendiri 

Tidak semua orang menyukai kita, tapi kamu harus menyukai diri sendiri. Hal ini mungkin sulit bagi orang yang memiliki self-esteem atau kepercayaan diri rendah. 

Namun, kamu bisa mengatasinya dengan mengurangi bicara negatif tentang diri sendiri. 

Tempelkan kalimat positif pada cermin. Jadi, kamu dapat memberikan afirmasi positif kepada diri sendiri setiap hari saat berdiri di depan cermin. 

Ingatlah bahwa kamu memiliki nilai plus tersendiri dan itulah yang membuatmu unik. Apabila diperlukan, jangan ragu untuk menghubungi psikolog juga. 

Berhenti sejenak sebelum merespons 

Untuk bisa berhenti menjadi people pleaser, belajarlah untuk menolak permintaan orang. 

Saat orang lain meminta kamu mengerjakan tugas tambahan atau meminta kamu melakukan sesuatu, jangan buru-buru memberikan jawaban.  

Sebaiknya, ambil momen sejenak untuk mempertimbangkan kembali batasan-batasan yang telah kamu tetapkan. 

Kamu bisa meminta waktu kepada orang tersebut untuk berpikir. 

Apabila permintaan tersebut ternyata di luar kapasitas atau batasan kamu, sampaikan dengan sopan bahwa kamu tidak bisa memenuhinya agar tidak melukai perasaan orang. 

Berhenti mencari alasan 

Stop cari-cari alasan untuk selalu mengiyakan permintaan orang lain karena tekanan sosial. Kamu berhak menolaknya, apalagi jika permintaan tersebut berpotensi menyusahkan diri sendiri.  

Untuk membantumu, kamu bisa mengingat-ingat dampak buruk yang dapat terjadi apabila kamu tidak bisa berhenti menjadi people pleaser. 

Terus-terusan mengerjakan tugas orang lain? Risikonya adalah stres dan burnout. Diam saja saat rapat? Bisa-bisa kamu dianggap orang yang pasif. 

Dengan mengingat risiko tersebut, kamu akan berusaha untuk tidak lagi mencari-cari alasan agar tidak terus-menerus menjadi “yes man”.

Jadilah dirimu sendiri 

Berhenti menjadi people pleaser bukan berarti kamu tidak menjadi diri sendiri. 

Sebaliknya, kamu justru punya lebih banyak ruang dan waktu untuk mengeksplor hal-hal yang membuat kamu bahagia.  

Maka dari itu, tetaplah jadi diri sendiri. Ingatlah bahwa perusahaan menerima kamu sebagai karyawan karena mereka melihat potensi yang menjanjikan dari diri kamu. 

Jadi, kamu tidak perlu selalu menyenangkan perasaan orang lain untuk bisa berkembang. 


⁠Kesimpulan 

Tidak semua orang harus menyukai kita, dan itu adalah hal yang wajar karena kamu sendiri pun tidak akan mungkin menyukai semua orang, kan? 

Karena itu, tidak perlu menjadi people pleaser di dunia kerja agar terhindar dari stres atau bahkan burnout

Yuk, persiapkan diri kamu untuk menembus pekerjaan impian dengan membaca berbagai informasi dan Tips Karier di situs Jobstreet by SEEK. 

Kamu juga bisa mengakses ribuan konten pembelajaran gratis dan terhubung dengan pakar industri di KariKu dalam aplikasi Jobstreet.

Setelah itu, jangan lupa perbarui profil Jobstreet kamu dan temukan lowongan kerja yang tepat. 

Download  aplikasi Jobstreet by SEEK di Play Store atau App Store dan nikmati kemudahan untuk mengakses informasi terbaru seputar dunia kerja hanya dalam satu genggaman saja! Semoga berhasil!


⁠Pertanyaan Seputar People Pleaser 

  1. Apa yang dimaksud dengan people pleaser
    ⁠Arti dari people pleaser adalah seseorang yang selalu berusaha menyenangkan orang lain dan memenuhi ekspektasi mereka.  Demi melakukan hal tersebut, mereka cenderung memprioritaskan kebutuhan orang lain di atas diri sendiri. 
  2. Apa dampak dari people pleaser? 
    ⁠Dampak dari people pleaser adalah menyulitkan diri sendiri, rentan mengalami stres parah hingga burnout, sering merasa tertekan, tidak bahagia, hingga sering dimanfaatkan oleh orang lain.
  3. Apa yang membuat seseorang menjadi people pleaser
    ⁠Beberapa hal yang dapat membuat seseorang menjadi people pleaser adalah perasaan lelah berlebihan, terlalu terbebani, perasaan stuck dan sulit bergerak maju, cemas, serta rendahnya self-esteem atau kepercayaan diri.
  4. Bagaimana cara menghilangkan sifat people pleaser
    ⁠Beberapa cara yang kamu bisa terapkan untuk menghilangkan sifat people pleaser adalah sebagai berikut: 
    ⁠- Pahami batas dan keterbatasanmu
    ⁠- Mulai mengatakan “tidak” terhadap hal-hal kecil
    ⁠- Tetapkan tujuan yang bisa diukur
    ⁠- Berhenti sejenak sebelum merespons
    ⁠- Kurangi bicara negatif tentang diri sendiri
    ⁠- Mintalah bantuan orang lain
    ⁠- Jadilah dirimu sendiri dan bahagia. 

More from this category: Hubungan kerja

Telusuri istilah pencarian teratas

Tahukah Anda bahwa banyak kandidat yang menyiapkan resume dan meneliti suatu industri dengan menjelajahi istilah pencarian teratas?

Berlangganan Panduan Karir

Dapatkan saran karier dari ahli yang dikirimkan ke kotak masuk Anda.
Anda dapat membatalkan email kapan saja. Dengan mengklik 'berlangganan', Anda menyetujui Pernyataan Privasi Jobstreet.