Howard Schultz: Kisah Sukses Raja Kedai Kopi

Howard Schultz: Kisah Sukses Raja Kedai Kopi
Jobstreet tim kontendiperbarui pada 30 June, 2022
Share

“Kesuksesan terbesar yang berhasil saya raih adalah saya membangun sebuah perusahaan dimana Ayah saya tidak pernah bekerja di industry tersebut.”

Howard Schultz

Saat ini, Starbucks menjadi perusahaan kopi terbesar didunia. Namun siapa orang dibelakang kesuksesan Starbucks? Dia adalah Howard Schultz, Chairman dan CEO dari Starbuck yang berhasil membuat mimpinya membentuk sebuah kedai kopi sederhana dan membawanya menjadi terkenal keseluruh dunia.

Howard Schultz lahir di Brooklyn, New York pada tahun 1953. Schultz dibesarkan oleh kedua orang tuanya yang bekerja sebagai buruh. Keluarga Howard Schultz hidup serba kekurangan, bahkan ayahnya tidak bisa pergi kedokter untuk berobat ketika pergelangan kakiknya patah. Pada saat itu ayahnya yang bekerja sebagai seorang supir jasa antar harus rela kehilangan pekerjaannya. Hal itu memperparah keadaan ekonomi keluarganya.

Schultz3

Saat sekolah Schultz unggul dalam mata pelajaran olahraga dan berhasil mendapatkan beasiswa untuk Northern Michigan University  pada 1971, dimana dia berhasil mendapatkan gelar Sarjanan Komunikasi. Setelah lulus kuliah Schultz bekerja sebagai sales di Xerox Corporation. Lalu pada tahun 1979 dia bekerja dalam bidang manajemen, disebuah perusahaan manufaktur, produsen kopi asal Swedia bernama Hammarplast.

Di Hammerplast, Schultz sadar bahwa ada sebuah kedai kopi di Seattle yang selalu membeli kopi mesin pembuat espresso dari kantornya yang bernama Starbuck. Starbuck didirikan pada tahun 1971, menjual minuman hangat seperti kopi, the, bumbu, hingga aksesoris kopi. Ketika Schultz bertemu dengan founder dari Starbuck dia terpikat untuk oleh semangatnya dalam membuat kopi yang nikmat. Schultz ingat pertama kali dia datang ke Starbuck dan berkata:

Ketika saya berjalan menuju ke kedai tersebut untuk pertama kali – saya tahu bahwa bisnis ini akan sangat hoki. Saya tidak tahu alasannya mengapa. Tapi saya tahu bahwa saya berada ditempat yang istimewa, and seolah-olah semua produknya mengajak saya untuk berkomunikasi.”

Setahun kemudian, Schultz direkrut menjadi seorang manajer retail operations and marketing. Di tahun 1983 saat dalam perjalanan untuk belanja kopi di Milam, Italia, Schultz mendapatkan pencerahan disalah satu kedai kopi yang dia kunjungi disana. Dia ingin Starbuck menjadi sebuah bar kopi dan menjadi tempat orang atau komunitas berkumpul dan bersosialisasi. Schultz menyampaikan ide tersebut kepada sang pemilik Starbuck, namun dia tidak meresa antusias dengan ide darinya. Namun dengan pejelasan yang panjang lebar akhirnya ide Schultz diterima dan mereka membuat sebuah kopi bar di Seattle.

Schultz1

Pada saat itu, Kopi tidak populer di Amerika, tapi Schultz terus berusaha. Dia mulai memvariasikan menunya, menawarkan berbagai macam kopi seduh mulai dari espresso, capucino, café latte, es kopi hingga moka. Dia bekerja keras menciptakan suasana yang nyaman untuk seluruh pengunjungnya untuk bertemu dengan keluarga atau sahabat dan menikmati kopi yang mereka tawarkan.

Sama seperti Starbuck, Schultz juga terus berkembang. Schultz bersikeras memeperlakukan karyawannya dengan penuh rasa hormat, dan menerima keuntungan yang sesuai. Hal tersebut dikarenakan dia ingat masa kecilnya yang selalu kekurangan, tidak memiliki asuransi. Dia tidak ingin ada karyawannya yang mengalami nasib yang sama dengannya dahulu.

Ketika kedai kopi raksasa tersebut mulai goyah pada tahun 2008, Schultz kembali untuk memipin Starbuck. Lalu pada tahun 2008, Schultz menutup sementara 7,000 kedainya untuk beberapa jam pada bula n Februari 2008 untuk meningkatkan kemampuan dasar pengolahan kopi seluruh karyawannya.

Perusahaan perlu merubah cara berfungsi hingga cara mereka mengukus susu.

“Anda tidak akan mengukus ulang susu ketika Anda sedang membuat espresso yang special,”Jelas Schultz.“Kami melakukan hal tersebut untuk mendapatkan hasil yang baik dan untung yang berlipat, namun saya merasa hal tersebut tidak konsisten dengan komitmen dimana kita akan selalu membuat kopo yang sempurna untuk semua pelanggan.”

Perubahan ini mungkin tidak disadari oleh para pelanggan, namun Schultz selalu menekankan para karyawannya untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik untuk para karyawannya. Dja tidak akan pernah berhenti. Sejak tahun 2008, perusahaan rersebut telah bereavulasi dan tidak akan pernah berhenti untuk menyuguhkan kopi terbaik.

“Satu cangkir kopi, untuk membuat sebuah perusahaan dengan jiwa.”

Sekarang, Starbucks adalah kedai kopi terbesar di dunia dengan jumlah 20,891 buah di 62 negara. Selain kesuksesannya, Howard Schultz selalu mencoba untuk terus membumi, melayani seluruh karyawannya dengan rasa hormat dan menjaga budaya perusahaan.

More from this category: Kesejahteraan di tempat kerja

Telusuri istilah pencarian teratas

Tahukah Anda bahwa banyak kandidat yang menyiapkan resume dan meneliti suatu industri dengan menjelajahi istilah pencarian teratas?

Berlangganan Panduan Karir

Dapatkan saran karier dari ahli yang dikirimkan ke kotak masuk Anda.
Anda dapat membatalkan email kapan saja. Dengan mengklik 'berlangganan', Anda menyetujui Pernyataan Privasi Jobstreet.